![]() |
| Kompetisi Intelektual. 5 Kandidat Rektor Uniku Adu Visi-Misi di Hadapan Senat. |
KUNINGAN - Kontestasi menuju kursi Rektor Universitas Kuningan (Uniku) periode 2026–2030 memasuki fase krusial. Lima kandidat resmi memaparkan visi, misi, dan program kerja dalam Sidang Terbuka Senat Universitas, Selasa (25), di Gedung Student Center Iman Hidayat. Forum yang menjadi penentu awal arah kepemimpinan kampus ini berlangsung penuh tensi intelektual, di mana setiap kandidat berusaha menunjukkan karakter kepemimpinan serta prioritas kebijakan masing-masing.
Sidang dipimpin oleh Dr. Iskandar, MM., dan Dr. Haris Budiman, SH., MH., dengan disaksikan puluhan anggota senat serta sivitas akademika. Ketua Panitia Seleksi Rektor (PSR), Drs. Ngatimin DS, M.Pd., menerangkan agenda ini merupakan tahapan penting untuk menguji kesiapan para calon.
“Hari ini seluruh kandidat wajib menjelaskan rencana strategis mereka secara utuh, sekaligus menjawab kritis pertanyaan dari senat,” ujarnya.
Satu per satu kandidat tampil, dimulai dari Wakil Rektor I, Dr. Anna Fitri Hindriana, M.Si., yang banyak menekankan penguatan mutu akademik dan percepatan laboratorium riset. Disusul Dekan FEB Dr. Lili Karmela Fitriani, SE., M.Si., yang menyoroti kebutuhan kampus menghadapi era digital dan transformasi ekonomi. Wakil Rektor III Dr. Novi Satria Praja, M.Pd., tampil dengan fokus pada pembangunan karakter mahasiswa serta revitalisasi kegiatan kemahasiswaan, sebelum sidang berlanjut ke sesi istirahat.
Selepas jeda, giliran Wakil Rektor II Dr. Ilham Adhya, M.Si., membawa isu tata kelola keuangan yang lebih transparan dan digitalisasi layanan administrasi. Sesi ditutup oleh Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Dr. Dede Djuniardi, MM., yang menekankan pentingnya kolaborasi riset dan penguatan jejaring pascasarjana untuk menambah daya tawar kampus di level regional.
Tim Pansel Rektor meggakui, seluruh kandidat mampu menyelesaikan paparan dengan baik. Namun, perjalanan proses seleksi ini ternyata masih panjang.
“Mereka selanjutnya akan masuk ke proses penilaian oleh tim independen dari Bandung. Tahap ini sangat menentukan, karena penilaiannya lebih teknis dan objektif,” ujarnya.
Model seleksi melalui panel independen menjadi tradisi baru di sejumlah kampus swasta dan negeri, meminimalkan potensi konflik kepentingan sekaligus menambah legitimasi rektor terpilih. Sebagai contoh, beberapa perguruan tinggi besar seperti Unpad dan UPI menggunakan pola serupa untuk menjaga marwah akademik dalam pemilihan pucuk pimpinan. PSR berharap seluruh tahapan dapat berjalan tanpa gesekan.
“Semoga para calon diberi kesehatan dan kekuatan sampai seluruh proses selesai,” ungkap Ngatimin.
Kontestasi rektorat di Uniku kali ini memperlihatkan dinamika yang cukup menarik. Kelima kandidat berasal dari internal struktural kampus, menandakan kompetisi yang relatif setara namun dengan diferensiasi strategi. Publik kampus kini menunggu, siapa yang paling mampu menerjemahkan visi menjadi peta jalan kepemimpinan yang kuat?. (Bubud Sihabudin)
