Ketua AFKAB Kuningan M Rangga Gumilar : "Proton Role Model Pembinaan Futsal Modern"

Ketua Asosiasi Futsal Kabupaten (AFKAB) Kuningan, H. Muhammad Rangga Gumilar.

KUNINGAN — Ketua Asosiasi Futsal Kabupaten (AFKAB) Kuningan, H. Muhammad Rangga Gumilar, memberikan apresiasi tinggi terhadap perkembangan pesat Proton Futsal Club (Proton FC) yang baru memasuki usia satu tahun. Dalam pandangannya, Proton FC bukan hanya tumbuh sebagai klub kompetitif, tetapi juga tampil sebagai role model baru pembinaan futsal modern di Kuningan dan Jawa Barat.

Rangga menilai, langkah Proton FC dalam membangun struktur klub dari akar hingga level kompetitif profesional merupakan terobosan yang jarang dilakukan klub futsal daerah. Ia menyampaikan selamat atas ulang tahun pertama Proton FC, sekaligus menyoroti besarnya dedikasi Presiden Proton FC, Thony Indra Gunawan, dalam memajukan futsal Kuningan.

“Selamat ulang tahun untuk Proton FC yang pertama. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Kang Thony atas dedikasi, bantuan, dan perjuangannya untuk futsal Kuningan, Jawa Barat, dan bahkan nasional. Sekarang Kang Thony juga bergerak di level nasional, dan mudah-mudahan futsal Indonesia semakin maju berkat totalitas beliau,” ujar Rangga.

Pihaknya mengamati perkembangan Proton FC yang terasa sangat cepat, sejak hari deklarasi pendirian klub tersebut tahun lalu. Menurutnya, Proton FC tidak hanya fokus pada tim utama, tetapi bergerak secara menyeluruh membangun ekosistem futsal.

“Perkembangannya pesat sekali. Yang kerennya, Proton bisa membawa futsal Kuningan, sekaligus Jawa Barat naik kelas. Mereka bergerak dari akademi, tim profesional, pembinaan wasit, sampai pelatihan pelatih. Jadi benar-benar menyeluruh,” ungkapnya.

Sebagai Ketua AFKAB, Rangga mengakui  masih ditemui tim futsal di Kuningan masih bertumpu pada sistem pemain cabutan. Pola seperti itu membuat stabilitas tim tidak terbentuk, karena komposisi pemain bergantung pada pelatih yang sedang menangani klub. 

“Tim futsal profesional di Kuningan rata-rata memakai pemain cabutan. Resikonya terasa ketika pelatih pindah, pemainnya ikut pindah. Karena tidak punya grassroot. Proton berbeda. Mereka membangun akademi, membangun grassroot, membangun rumah sendiri. Ini yang harus dicontoh oleh klub-klub lain di Kuningan,” tegasnya.

Rangga juga mengapresiasi langkah Proton FC yang lebih dulu masuk ke area pembinaan usia dini yang selama ini belum tergarap maksimal. Ia menyebut kehadiran akademi U-10 hingga U-17 sangat membantu percepatan perkembangan bakat futsal lokal.

“Pembinaan usia di bawah 17 tahun itu sebenarnya belum kami garap penuh di AFKAB, tetapi Proton sudah bergerak duluan. Mereka bikin festival, kompetisi, dan pengkaderan sejak usia din”, ujar Rangga. 

Menurutnya langkah ini menjadi luar biasa, karena pembinaan yang dimulai dari bawah akan melahirkan pemain yang kuat dan loyal pada klub.

Selain aspek pembinaan, Rangga menilai karakter permainan Proton FC yang berbasis futsal modern juga menjadi nilai tambah. Ia menyebut gaya high pressing, transisi cepat, penguasaan set play, dan power play structure sebagai bagian dari identitas taktik yang membuat Proton FC semakin matang sebagai klub.

“Proton membangun bukan hanya organisasi, tapi juga identitas permainan. Itu jarang dimiliki klub usia muda,” tambahnya.

Apa yang dilakukan Proton FC lanjutnya,  saat ini telah menjadi standar baru bagi klub yang ingin melangkah ke level lebih tinggi. Ia berharap klub-klub futsal lain di Kuningan mulai menata pembinaan berbasis akar rumput seperti Proton FC agar ekosistem futsal daerah semakin kuat dan mandiri.

"Dari data AFKAB Kuningan, ada 12 club Futsal Profesional di Kuningan. Semoga bisa berkembang pesat seperti Proton," pungkasnya. (Bubud Sihabudin)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak